Hal terpenting yang harus diperhitungan pada saat membangun rumah du Jepang adalah ketahanannya terhadap 4 musim termasuk pada musim panas dan musim dingin. Rumah tradisional Jepang dibuat dengan terlebih dahulu memasang tiang kayu utama ditengah. Lantai ditinggikan sekitar 10 cm dari tanah lalu ditutup dengan balok kayu untuk lantai, hal ini bertujuan untuk menghindari embun dari tanah.

Area dapur dan ruang masuk memiliki lantai yang terbuat dari kayu namun ruangan dimana biasanya digunakan untuk duduk seperti ruang tamu, lantainya ditutupi dengan sejenis anyaman yang disebut tatami. Orang Jepang tidak biasa menggunakan kursi di ruangan beralasan tatami ini, mereka biasa duduk dengan beralasan tatami atau menggunakan bantal tipis yang disebut zabuton. Inilah alasannya mengapa orang Jepang melepas sepatunya ketika masuk rumah.
Kerangka rumah Jepang terbuat dari kayu dan sisi melebarnya ditopang oleh tiang vertikal, balok yang disusun mendatar dan bingkai diagonal. Bingkai diagonal merupakan adaptasi dari teknologi asing yang diadaptasi oleh masyarakat Jepang. Ciri khas dari rumah Jepang adalah adanya atap yang lebar dan atap yang tinggi untuk melindungi penghuninya dari sinar matahari di musim panas.
Pada masa lalu dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang direkatkan dengan adonan tanah sebagai perekat atau lem nya, namun kini banyak material lain yang bermacam-macam untuk membuat dinding rumah Jepang. Bahan yang sering digunakan saat ini adalah plywood (tripleks). Pada masa lalu banyak rumah yang memiliki tiang penyangga yang tersembunyi yang berada di balik dinding. Pada jaman Meiji (1868-1912), rumah dibuat dengan metode baru dengan memasang tiang penyangga di dalam dinding untuk mengurangi bahaya ketika terjadi kebakaran. Pada jaman Meiji banyak atap ditutupi dengan sirap atau jerami, namun kini biasanya atap rumah ditutupi dengan genteng atap yang disebut kawara. Rumah Jepang saat ini dibuat dengan kombinasi gaya tradisional dan teknologi modern.

Sumber : http://www.jpf.go.jp/kyouzai/


Contoh Rumah Murah banget:

RMH TGL KAMPUNG SEDERHANA. HARGA MULAI 41,5 JT AN – ANDA MAU BELI RUMAH TINGGAL BEKAS. ATAU KAMI BORONG BANGUN RUMAH TINGGAL SEDERHANA. LOKASI TANAH DIPERKAMPUNGAN. KAMI BANTU CARIKAN. LOKASI DARI DEPOK ARAH CITAYAM.

HARGA BORONG BANGUN RUMAH TINGGAL :

MULAI 750.000 S/D 1.550.000 / M2

Harga diatas belum termasuk biaya :
1. Pembelian tanah
2. Pembuatan surat AJB, IMB & PBB
3. Pembelian Pompa Air.

Info Harga beli tanah kampung :

  1. Lokasi tanah hanya jalan motor ( +/- 50 s/d 200 mtr dari jalan masuk mobil ) Harga pasaran = 225.000 s/d 275.000 per M2.
  2. Lokasi tanah masuk pas 1 mobil. Harga pasaran = 350.000 s/d 500.000 per M2.

CONTOH HARGA RUMAH TIMGGAL RP. 41.500.000, HARGA TERSEBUT PENJUMLAHAN DARI :

  1. ANDA BELI TANAH LOKASI JALAN MOTOR = 50 M2 X 250.000 = 12.500.000
  2. SAYA BORONG BANGUNANNYA = LUAS 35 M2 X 750.000 = 26.250.000
  3. ANDA BUAT SURAT AJB, IMB & PBB = 2.500.000
  4. ANDA BELI POMPA AIR LISTRIK = 250.000

JADI TOTAL SEMUA = 41.500.000,00

Cara pembayaran : UANG MUKA 20% – 40%, SELANJUTNYA BERTAHAP PER 20%.

Spesifikasi:

  1. Kamar Tidur: 2
  2. Kamar Mandi: 1
  3. Luas Tanah: 50 m²
  4. Luas Bangunan: 35 m²
  5. Lantai: 1 lantai
  6. Listrik: 900 watts
  7. Sertifikat: Strata Title/HGB
  8. Menghadap: Utara
  9. Fasilitas: DEKAT SEKOLAH. MASJID. SWALAYAN

Kontak: zulkifli MAG

Telepon/Ponsel: 081388585812 – 081388585812


INILAH.COM, Jakarta – Pemerintah akhirnya mengumumkan kenaikan harga Rumah Sederhana Sehat (RSh) rata-rata 12% atau maksimum Rp 7 juta. Sebuah bentuk kompromi atas desakan pengembang. Tapi, ini bisa menyurutkan minat masyarakat berpenghasilan rendah membeli rumah.

Pemerintah memahami, kenaikan yang mulai berlaku mulai 1 April 2008 itu merupakan keputusan yang cukup sulit. Kebijakan itu tidak terlepas dari dampak lonjakan harga minyak dunia sehingga memicu kenaikan harga material bangunan.

“Namun, keputusan menaikkan harga sudah melalui proses kajian serta masukan dari berbagai pemangku kepentingan di bidang perumahan. Kita justru tidak ingin kalau harga RSh tidak naik, akan berdampak terhadap pencapaian target serta mengurangi kualitas rumah,” ucap Sekretaris Kemenpera, Iskandar Saleh, Senin (31/3), di Jakarta.

Sejak awal tahun, pengembang RSh giat mendesak pemerintah agar segera menaikkan harga jual bagi rumah kelas menengah ke bawa itu. Alasannya, naiknya harga material bangunan yang seolah enggan untuk kompromi dengan jeritan kaum miskin.

Rata-rata inflasi di sektor properti perumahan mulai awal tahun ini berkisar 4-11%. Di sejumlah daerah, angkanya bahkan lebih fantastis, yakni 14,5%. Angka tersebut tentu mendongkrak ongkos pengembangan proyek perumahan karena dipicu oleh kenaikan harga material bangunan.

Agar tidak mencekik konsumen, pemerintah juga menaikkan besaran subsidi bagi seluruh kelompok sasaran penerima dana subsidi. Untuk kelompok sasaran I (masyarakat berpenghasilan Rp 1,7-2,5 juta per bulan) subsidi naik dari Rp 7,5 juta menjadi Rp 8,5 juta.

Kelompok sasaran II yang berpenghasilan Rp 1-1,7 juta per bulan, berhak menerima kenaikan subsidi dari semula Rp 10 juta menjadi Rp 11,5 juta. Sedangkan kelompok sasaran III (berpenghasilan kurang dari Rp 1 juta per bulan) berhak menerima subsidi dari semula Rp 12,5 juta menjadi Rp 14,5 juta.

Sebelum memutuskan kenaikan harga, Kemenpera menerima nominal harga RSh sesuai usulan sejumlah organisasi pengembang. Misalnya, Asosiasi Pengembang Perumahan Seluruh Indonesia (Apersi) mengajukan kenaikan menjadi Rp 56 juta untuk RSh tipe 36.

Perumnas ikut mengusulkan agar kenaikan harga RSh maksimal menjadi Rp 57 juta per unit. Usulan tertinggi disuarakan oleh Asosiasi Realestat Indonesia (REI) yang menyebut angka Rp 60 juta.

“Usulan kita itu karena pertimbangan agar harga RSh bisa dipatok Rp 60 juta untuk masa berlaku lebih dari setahun. Namun, kalau pemerintah punya pertimbangan lain, ya silakan saja. Yang pasti, angka itu sudah sesuai dengan keinginan pebisnis berdasarkan perhitungan naiknya ongkos pembangunan,” ucap Wakil Ketua DPP REI, Preadi Ekarto.

Angka itu sudah masuk dalam perhitungan kenaikan ongkos pembangunan. “Namun, apakah pemerintah juga bisa menghapus sejumlah beban perpajakan yang dirasa masih membebani pengembang,” papar Harjono dari Apersi.

Iskandar optimistis target pasokan RSh di tahun ini masih bisa terkejar meskipun nominal anggaran subsidi perumahan di Kemenpera untuk 2008 hanya tersisa Rp 298 miliar dari total pagu anggaran Rp 800 miliar. Sebab, Rp 502 miliar dari pagu 2008 sudah tersedot untuk pelunasan rumah subsidi yang akad kredit setahun lalu.

Kemenpera juga sudah mengajukan tambahan anggaran untuk subsidi bidang perumahan kepada Departemen Keuangan sebesar Rp 666 miliar. Jika diasumsikan Depkeu menyetujui usulan tambahan dana subsidi tersebut, bisa dipastikan dapat tersalurkan untuk 177.371 unit RSh maupun rusunami.

“Skenario selanjutnya, apabila tidak ada tambahan anggaran, otomatis dana yang tersedia untuk tahun 2008 tinggal Rp 298 miliar sehingga hanya bisa tersalurkan untuk 62.803 unit,” imbuh Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera, Tito Murbaintoro.

Namun, Iskandar optimistis bahwa ketidaktersediaan anggaran di 2008 akibat pagu yang sudah tersedot di tahun lalu tidak menjadi kendala dalam meningkatkan angka pasokan RSh.

Pasalnya, dalam sidang kabinet yang digelar Jumat (28/3), sudah ada kepastian bahwa pagu indikatif 2009 untuk subsidi perumahan mencapai Rp 1,4 triliun. Sehingga, dapat dipastikan kekurangan dana subsidi untuk 2008 bisa diperoleh dari pagu indikatif di tahun depan.

“Ditambah lagi pihak Bank Tabungan Negara (BTN) sudah menyatakan komitmennya untuk menyalurkan kredit bersubsidi dengan dana talangan dari internal yang akan dibayarkan tahun depan,” ungkap Iskandar.

Tahun ini pemerintah memasang target 158 ribu unit RSh bisa digelontorkan ke pasar. Sedangkan realisasi pembangunan unit RSh di 2007 mencapai 122 ribu unit.

Kini para pengembang RSh bisa sedikit bernapas lega dengan keputusan tersebut. Tinggal menantikan komitmen mereka dalam membangun hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Jangan hanya bisa berteriak meminta insentif keringanan perpajakan dan merengek agar harga jualnya naik. Mampukah mereka menjawab tantangan kebutuhan pasar perumahan yang berkualitas sesuai target? [E1/I4]


OKY KUSPRIANTO [PR]

SEPERTI kebanyakan mahasiswa lulusan jurusan arsitektur, Oky Suprianto pun sempat memburu karier di studio atau biro arsitek, begitu lulus dari kampusnya di Arsitektur Unpar. Ia pun mengecap sejumlah pengalaman mengerjakan order jasa arsitek bagi klien yang membutuhkan pembangunan rumah.

Namun, nikmatnya menerima pesanan yang tak jarang bernilai rupiah tinggi itu, tak membuat Oky berdiri pada zona nyaman. Pribadinya yang seolah lekat dengan kepekaan sosial justru menuntunnya untuk keluar dari pekerjaannya, dan mendirikan lembaga nonprofit bernama Studio Habitat bersama 3 temannya. “Karena waktu kerja itu saya kepikiran, kenapa kok yang hire arsitek hanya yang punya duit. Kayaknya kok nggak ada kesempatan dan waktu untuk bantu orang-orang kurang mampu,” kata Oky, kelahiran 20 Oktober 1977.

Studio Habitat merupakan mitra dari Habitat for Humanity, sebuah LSM internasional yang bergerak di bidang perumahan murah untuk orang-orang yang kurang mampu. Kini, Oky kembali berkarier di sebuah studio sebagai nafkah keseharian. Namun, ia “mengimbangi”-nya dengan “kerja sosial”, seperti meminjam istilahnya, dengan tetap aktif berkegiatan di Studio Habitat.

Salah satu keistimewaan dari Studio Habitat ialah pelibatan mahasiswa arsitektur untuk turut berkontribusi. Sampai kini, telah ada sekitar 160 orang mahasiswa pernah ikut berpartisipasi dalam membangun program rumah murah untuk golongan ekonomi kelas menengah ke bawah berbiaya kurang dari Rp 20 juta melalui Studio Habitat. Kampus berbincang dengan Oky Kusprianto, Selasa (28/4). Ketika wawancara, ia didampingi juga oleh penggiat Studio Habitat lainnya, yakni, Yu Sing, Rendi Aditya, dan Stefani Aloue. Berikut petikannya.

Bagaimana sejarah pendirian Studio Habitat?

Tahun 2004. Inisiatornya ada tiga orang, saya, Peter, dan Pauline. Awalnya Pauline bekerja di Habitat for Humanity. Kami terbentuk karena adanya Habitat for Humanity. Kami bertiga dulu sering diskusi bagaimana caranya sih arsitektur atau membuat rumah yang layak untuk orang tidak mampu, tapi tetap nilai desainnya ada. Kalau meng-hire arsitek kan kesannya hanya untuk orang yang punya duit, padahal seharusnya tidak. Makanya, kami ingin bagaimana orang kurang mampu atau semua orang bisa menikmati arsitektur yang bagus.

Awalnya, ada kesempatan karena Habitat for Humanity waktu itu sedang tidak ada desainer. Lalu kami coba masuk, terus kami membuat workshop untuk rumah-rumah yang akan dibangun oleh Habitat for Humanity. Awalnya empat rumah. Wah, ini kayaknya menarik juga kalau gerakan ini melibatkan mahasiswa, makanya kita mulai ajak teman-teman mahasiswa bergabung. Di kampus, saya melihat juga program magang atau kuliah praktik sudah direduksi sekadar wawancara. Jadi bukan kerja beneran. Dan jadi pilihan, antara magang dan kuliah praktik. Makanya, jika mahasiswa bergabung di sini termasuk kesempatan juga untuk mereka kenal dunia nyata, walau hanya bikin rumah kecil dan sederhana. Kayaknya sih nggak ada artinya, tapi buat keluarga-keluarga yang membutuhkan itu akan sangat berarti. Awalnya ada 15 orang mahasiswa ITB dan Unpar. Itu sekitar tahun 2005-2006.

Kegiatan atau program apa saja yang dibuat Studio Habitat?

Sekarang kami sedang fokus mencari material baru yang lebih efektif untuk bidang kami. Jadi, fase tahun 2008 ini merupakan refleksi atas apa yang sudah kami lakukan sebelumnya. Yang diceritakan di awal tadi, ialah cerita tahun 2007 ke belakang, yaitu kami membantu LSM Habitat for Humanity. Ada dua program yang kami ikuti, yaitu, pendampingan desain dan global village. Kalau LSM itu butuh pendampingan desain rumah, maka kami sediakan tim. Kalau global village ialah program menerima tamu dari luar negeri untuk membangun rumah. Membangunnya artinya benar-benar membangun, dari mulai memilih material sampai membangun. Tahun 2008 ini, kami mencoba mengkonsolidasikan lagi sebenarnya Studio Habitat ini mau ke mana, karena masa ini kami sedang masa transisi. Tetapi yang jelas, ada cita-cita kami untuk bisa menyediakan program berharga di bawah Rp 40 juta untuk kami bikin prototipenya untuk ditawarkan ke siapapun, termasuk ke Habitat for Humanity.

Ada berapa rumah yang sudah dibangun dan kisaran harganya?

Ada 25 rumah, kebanyakan berlokasi di Banjaran, dengan harga rata-rata Rp 20 juta. Bentuknya, satu rumah inti berisi satu kamar, satu kamar mandi, satu ruang umum, dan satu dapur. Proses pembangunan sendiri dari mulai proses desain, merancang biaya, hingga pembangunan, biasanya memakan waktu 1-2 bulan. Material untuk pembangunan berasal dari mana saja, masih umum.

Bagaimana hitungannya bisa Rp 20 juta, dan bisa cerita tentang program mendatang rumah berbiaya di bawah Rp 40 juta itu?

Angka itu keluar dari pengalaman. Biasanya waktu kami hitung, RAB selalu keluar dengan Rp 20-25 juta. Kadang-kadang orang yang mau dibantu itu suka nekad. Walau hanya dapat bantuan dari Habitat for Humanity sebanyak Rp 12 juta saja. Jadi, Habitat for Humanity memberikan sistem pinjaman tanpa bunga sebesar Rp 6 juta, Rp 8 juta, dan Rp 12 juta dengan tanpa bunga. Untuk sisanya, biasanya mereka dapatkan dari tabungan atau bantuan dari sanak-saudaranya atau bank. Habitat for Humanity memang tidak mau memberikan hibah seperti BLT (tertawa), tapi agar mereka berusaha untuk rumahnya sendiri.

Sedangkan rencana program pengadaan rumah berbiaya di bawah Rp 40 juta, itu salah satu impian kami. Jadi kami tidak hanya mau melayani Habitat for Humanity. Selama ini kan kami mengekor, tapi ke depannya ingin juga lebih mandiri dalam program. Yang kami tetap pertahankan ialah keterlibatan mahasiswa, karena mahasiswa arsitektur Indonesia kan juga besar, agar bisa ikut terlibat dalam program ini. Jadi, kami ingin Studio Habitat ini menjadi sebuah komunitas yang menggabungkan antara profesional dan mahasiswa.

Ada pengalaman menarik berhadapan dengan klien?

Justru karena ini program rumah murah, biasanya suka ada permintaan unik juga. Misalnya, budget Rp 20 juta namun minta rumah dengan dua lantai. Ya itu kami anggap tantangan untuk memberikan penjelasan. Definisi rumah di kepala mereka itu jauh dengan realitas yang mereka hadapi. Dari sisi gaya, mereka sangat terpengaruh televisi. Bahwa rumah yang bagus itu rumah yang dindingnya bata, diplester, warna-warni, padahal dengan budget segitu, tentu saja agak berat. Kami sempat menawarkan rumah dengan material kayu, atau bambu. Namun mereka tolak, karena mereka pikir itu bukan rumah. Padahal rumah bermaterial bambu itu, misalnya, salah satu sejarah rumah tradisional kita, dan bukan nggak mungkin berdaya tahan lebih kuat. Mereka sudah terpatok bahwa rumah itu bata dan beton, padahal ada alternatif lain yang telah dibikin.

Desain seperti apa yang ditawarkan?

Kami belum ada template, sedang kami coba, jadi 25 rumah yang sudah dibuat itu bentuknya beda-beda. Desainnya tidak sekadar kami gambar, lalu sudah. Tapi prosesnya benar-benar ada asistensi, alias pendampingan, hingga keluar RAB (Rencana Anggaran Biaya)-nya. Soal desain, murah atau mahal itu relatif. Tapi yang sebenarnya ialah kualitas desainnya, bukan berapa besar uang yang ia keluarkan. Dari semua harga pun akan keluar kualitas desain, entah dengan materi recycle atau apapun. Sekarang kita bandingkan saja dengan Rumah Susun Sederhana (RSS). Dibangun kan semuanya sama. Tapi lama-lama masing-masing rumah mulai berubah aneh. Ada yang direnovasi, nambah kamar, nambah lantai, di-cat, dsb. Maka di situ ada kebutuhan kebanggaan, menunjukkan ini loh rumah gue. Dan sebetulnya itu masuk ke wilayah desain. Desain itu kan custom, apa yang kami inginkan di suatu rumah, itulah yang kami provide. RSS kan digeneralisasi angka. Orang-orang itu direduksi menjadi sebuah angka oleh pemerintah. Oh, perlu rumah untuk 200 KK (Kepala Keluarga). Tapi para KK itu nggak pernah ada yang nanyain, apa keluarga itu punya anak berapa, ke depan mau nambah anak atau tidak, dsb., padahal cerita itu berpengaruh pada desain rumahnya juga.

Target ke depan?

Ya menjalankan program yang sudah kami rancang tadi itu. Terus, selama ini kan klien dari Habitat, nah ke depan kami mau coba dapatkan sendiri. Target kami sebenarnya banyak, tapi berhubung lagi konsolidasi, jadi belum berani keluar dulu (tertawa). Rencananya tahun ini. Jadi dengan diwawancara kayak gini, udah ngomong gini, akhirnya mudah-mudahan memaksa kami untuk benar-benar bergerak (tertawa).

Jadi, bisa dibilang Studio Habitat menolak anggapan bahwa arsitektur hanya untuk elite?

Ya. Jadi, kami ini kayak perusahaan kecil tapi punya CSR (tertawa). Kami ini berkorban waktu dan biaya juga. Intinya, seharusnya jasa arsitek bukan hanya untuk elite atau kalangan yang berduit saja. Dan memang bisa dibilang, keterlibatan arsitektur dalam program rumah murah itu hampir tidak ada, sebab bentuknya mass building. Coba lihat pameran perumahan, biasanya ada rumah-rumah kecil yang memang murah, namun ventilasi kurang. Itu menandakan jasa arsiteknya kecil sekali, atau bahkan tidak ada arsiteknya. Itu delevoper buat rumah menengah ke bawah, bahkan harganya juga nggak murah-murah amat sebenarnya.

Bagaimana caranya jika mahasiswa mau bergabung atau masyarakat butuh jasa arsitek dari Studio Habitat?

Bagi yang mau bergabung, bisa langsung datang setiap Rabu ke Jln. Raden Patah No. 12, atau hubungi nomor kami 08122017339 (Rendy). Kalau yang mau di-desain, juga tinggal langsung kontak saja. Tentunya jika memang layak, maka kami tidak ragu untuk memberikan jasa desain gratis. ***

dewi irma
kampus_pr@yahoo.com


71373_rumah_murah_bukan_mimpi

VIVAnews – Rumah indah menurut Yu Sing adalah rumah yang mengusung pemanfaatan material daur ulang, mudah perawatan, mudah pembuatan, hemat material,  ramah lingkungan, tata ruang yang baik, dan lain sebagainya. Yu Sing juga mengatakan indah tidak selalu harus mahal.

Betulkah rumah bertata arsitektur elegan dan indah bisa dibangun dengan biaya murah? Barangkali jawaban dari pertanyaan ini akan diragukan oleh sebagian besar orang. Namun bagi seorang Yu Sing hal ini adalah mungkin. Bukan tanpa sebab sebab Yu Sing mengatakan demikian. Ia mengulasnya dalam bukunya Mimpi Rumah Murah. Sebuah buku yang bergizi untuk orang awam dan sangat referensial bagi siapapun termasuk bagi para arsitektur dan calon arsitektur.

Buku ini berisi kumpulan kisah inspiratif dibalik pembuatan rumah dan disertai perkiraan rencana anggaran dan biaya, luas lahan, dan lain sebagai. Bukan tanpa alasan sebuah rumah didirikan, dirancang, hingga rumah itu nyaman dihuni. Kenyamanan, kisah, karakter, serta perjuangan mengumpulkan ide dan bahan material, hingga fondasi pertama ditanamkan memiliki nilai-nilai ruhani yang perlu kita apresiasi.

Aneka kisah perjalanan desain dengan berbagai metode perancangan dibuka dengan konsep desain daur. Sembilan puluh persen material rumah lama digunakan untuk merenovasi rumah. Dalam mendesain Yu Sing mengakomodasi hobi bercocok tanam sang pemilik rumah dengan suasana lingkungan di sekitar rumah. Yu Sing menyebutnya sebagai Rumah Caringin.

Selain itu, Yu Sing juga mencampurkan desain rumah bergaya tradisional dan modern minimalis. Rumah ini dibangun di lokasi tanah seluas 30 meter persegi milik Heru di Pontianak. Sensasi unik hadir saat cahaya matahari menerobos sela-sela bambu rumah.

Setiap desain rumah dalam buku ini selalu dibuka dengan mengulas desain seusai karakter penghuni. Analisis pada hobi, pekerjaan, dan kesukaan sang pemilik rumah biasanya dijadikan inspirasi untuk mendesain rumah. Sebagaimana dipercaya karakter rumah dipengaruhi oleh penghuninya. Seperti contoh rumah penghobi panjat tebing sebagai ekspresi kebebasan gaya rumah post modernisme.

Rumah hunian tak saja sebagai tempat berdiam dan berlindung, istirahat, bercengkerama dengan keluarga. Lebih sekadar itu sentuhan arsitektural dan cara mengatasi anggaran agar bugjet terkontrol juga merupakan seni dan kreativitas yang perlu terus digali. Maka memiliki sebuah rumah murah dan indah bukan lagi menjadi mimpi. Simak dalam buku Mimpi Rumah Murah yang diterbitkan Transmedia.

Judul: Mimpi Rumah Murah
Penulis: Yu Sing


29 Juni 2009 – Pemerintah Republik Indonesia (RI), melalui Kementerian Negara Perumahan Rakyat (Kemenpera) dan Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan – Pedesaan Republik Rakyat Cina (RRC) saling bertukar pengalaman tentang Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman (Perkim) bagi masyarakat. Pengembangan sektor perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) serta peningkatan kerjasama anatara pemerintah dan para pemangku kepentingan di bidang perumahan ke dua negara diharapkan mampu lebih menggairahkan program pemenuhan hunian layak bagi seluruh masyarakat.

“Kerjasama antara ke dua negara, Indonesia dan Cina telah berjalan sekian lama dan akan semakin penting di masa yang akan datang. Adanya berbagai tantangan baik dalam hal demografi, budaya dan karakteristik sosial ekonomi tentunya membutuhkan kerjasama yang erat,” ujar Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera), Mohammad Yusuf Asy’ari saat menerima kunjungan delegasi dari Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan – Pedesaan Republik Rakyat Cina (RRC) di Ruang Prambanan, Kantor Kemenpera, Senin (29/6) siang.

Tampak hadir dalam kegiatan itu, delapan orang delegasi Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan – Pedesaan Republik Rakyat Cina (RRC) dipimpin oleh Deputi Menteri Perumahan dan Pembangunan Perkotaan – Pedesaan Republik Rakyat Cina (RRC), Chen Dawei serta sejumlah pejabat Eselon I Kemenpera, Ketua Umum DPP REI, Teguh Satria, Direktur Utama Perum Perumnas, Himawan Arief, Ketua Umum MP3I, Aca Sugandy serta beberapa perwakilan dari mitra verja Kemenpera seperti BTN, dan Departemen Pekerjaan Umum.

Menpera menjelaskan, pemerintah terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan hunian yang layak bagi masyarakat. Pasalnya, hingga saat ini jumlah kebutuhan rumah atau backlog perumahan masih cukup besar. Berbagai kebijakan baik dari sisi program pembiayaan maupun peningkatan kerjasama antara pemangku kepentingan perumahan di Indonesia juga terus diusahakan.

“Pemerintah terus memfasilitasi serta mendukung pemangku kepentingan, baik pihak perbankan, pengembang, maupun pemerintah daerah dalam berbagai bentuk kebijakan. Di masa yang akan datang, saling tukar informasi, pengetahuan, pengalaman baik maupun buruk diperlukan untuk memperluas program pengembangan perumahan,” katanya.

Lebih lanjut, Menpera berharap pertemuan untuk kali pertama ini bisa terus berlanjut dan diikuti dengan dialog-dialog lanjutan sehingga dapat bermanfaat bagi kedua negara. Pasalnya, kedua negara memiliki permasalahan yang hampir sama yakni bagaimana memenuhi kebutuhan akan hunian bagi masyarakat yang jumlahanya semakin meningkat setiap tahunnya.

Sementara itu, Deputi Menteri Perumahan dan Pembangunan Perkotaan – Pedesaan Republik Rakyat Cina (RRC), Chen Dawei menuturkan, pihaknya juga selalu berusaha mencari solusi yang tepat untuk program perumahan bagi masyarakat Cina. “kami melihat pemerintah Indonesia memiliki program yang cukup baik seperti adanya rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) bagi masyarakat. Selain itu, masih banyaknya lahan untuk pembangunan juga menjadi nilai lebih dalam program ini,. Sebab, pemerintah Indonesia mendukung penuh program yang ada.

“Selama ini, ada jarak antara masyarakat Cina yang kaya dan miskin. Masyarakat yang kurang mampu tentunya sangat kesulitan untuk memiliki rumah yang layak. Dan kami berharap melalui kunjungan ini, baik kedua negara yakni Indonesia dan Cina bisa sama-sama memajukan program perumahan yang ada,” katanya.


29 Juni 2009 – Pemerintah melalui Kementerian Negara Perumahan Rakyat (Kemenpera) siap membangun rusunawa untuk mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Hal ini ditandai dengan digelarnya acara ”Pencanganan Pembangunan Rusunawa Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan”, Sabtu (27/6) kemarin.

Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera), Mohammad Yusuf Asy’ari, dalam sambutannya mengungkapkan pembangunan rusunawa merupakan salah satu amanat berencana pembangunan jangka menengah yang bertujuan mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau dengan menitikberatkan pada masyarakat berpendapatan rendah.

“Target yang harus dicapai pemerintah dalam jangka lima tahun, 2005-2009, adalah 60 ribu unit rusunawa. Pembangunan rusunawa oleh Kemenpera itu terutama diperuntukkan bagi pekerja dan mahasiswa,” tambahnya lagi.

Rektor UAD Yogyakarta, Drs Kasiyarno M.Hum mengungkapkan, rusunawa mahasiswa yang akan dibangun itu terletak di Kelurahan Tamanan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul sebagai bagian dari pengembangan kampus.

“Rusunawa mahasiswa itu dibangun di atas lahan seluas 2,1 hektare, terdiri atas satu twin block bangunan dengan luas lantai total 2.568 meter persegi,” katanya.

Pembangunan rusunawa mahasiswa UAD ini terdiri atas empat lantai dengan total tempat hunian 96 unit termasuk satu unit untuk difabel. Setiap unit tempat hunian berukuran 21 meter persegi dan dapat menampung 3-4 mahasiswa. Pembangunan rusunawa mahasiswa ini diperkirakan menelan biaya sebesar Rp9,7 miliar dan waktu pelaksanaan direncanakan selama selesai enam bulan.


  1. Jika ingin menghemat dana, lebih baik rencanakan gambar interior design rumah sendiri dengan istri/suami anda. Ada banyak software desain yang bisa anda gunakan. Misalnya microsoft visio technical (ini yang saya gunakan karena lebih user friendly), kalau lebih menguasai bisa menggunakan autocad. Menggunakan visio sebenarnya sudah cukup, tinggal nanti bagaimana menjelaskan gambar tersebut ke design contractor dan interior design contractor yang akan mengerjakan rumah tersebut.
  2. Gambar dan rencana desain di musyawarahkan terlebih dahulu bersama suami/istri dan kalau perlu dengan orangtua/mertua dan tukang. Ini berkaitan agar dapat pemanfaatan lahan dan penataan ruangan yang baik. Ini sangat penting dalam membuat rumah baru, karena konsep setiap orang bisa berbeda-beda, lebih baik di diskusikan bersama.
  3. Pilih dan design contractor dan interior design contractor yang baik, kalau bisa sudah mengenalnya lebih dahulu atau sudah pernah melihatnya bekerja. Ini sangat penting karena berkaitan dengan kualitas pekerjaan rumah tersebut. Karena rumah yang ingin ditempati tentu ingin awet dan bertahan lama. Kredibilitas design contractor interiorjuga penting. Jangan sampai salah pilih dan menyesal dikemudian hari.
  4. Buat surat perjanjian diatas kertas tentang pengerjaan rumah tersebut dengan tukang/kontraktor. Ini penting menyangkut hak dan kewajiban masing-masing pihak. Ada beberapa jenis kontrak, ada yang kontrak per meter bangunan (borongan material dan upah), ada yang per meter upah (borongan upah) dan lain lain. Gunakan yang paling cocok dengan anda.
  5. Jika ingin mulai membangun, silahkan urus imb (izin mendirikan bangunan) jika anda belum mempunyainya. Perlu juga direncanakan mendaftar listrik dan membuat sumur/bor ketika memulai membangun.
  6. Rencanakan dana anda semaksimal mungkin. Maksudnya bukan menggunakan dana semaksimal mungkin tapi manfaatkan dana yang ada sebaik mungkin. Barang dan bahan material untuk membangun berbeda-beda jenis dan kualitasnya. Disinilah anda perlu selektif dalam membeli dan menggunakan barang yang ada di pasaran. Jika dana tidak terbatas ini tentu tidak menjadi masasalah. Kalau saya ini sangat menjadi perhatian, karena dana untuk design contractor interior yang kami miliki sangat terbatas. Bisa membangun sampai berdiri saja kami sudah sangat bersyukur, meski masih banyak yang tertunda penyelesaiannya disana sini.
  7. Pilih tempat membeli barang atau material yang bagus dan murah. Setiap penjual tentu memiliki harga yang berbeda-beda. Anda tinggal cari yang cocok dengan kantong.
  8. Jika anda meminta barang diantar ke rumah, silahkan di prediksi waktu pengirimannya. Terkadang waktu pengiriman terjadi keterlambatan, hal ini dapat menyebabkan material tersebut tidak dapat dikerjakan oleh interior contractor sehingga waktu pengerjaan rumah menjadi tertunda. Kalau bisa, barang dan material sudah disiapkan satu atau dua hari sebelum interior contractor mengerjakannya.

Sumber: http://blog.iqbalir.com/archives/2006/11/mulai-membangun-rumah/


KORAN TEMPO – Hari Lingkungan Sedunia yang jatuh pada 5 Juni lalu menerbitkan sebuah senyuman dari bibir Yu Sing. Ya, arsitek muda yang namanya meroket sejak meluncurkan konsep unik rumah murah mendukung lingkungan ramah ini baru saja melawat ke Makassar. “Ada tugas yang tidak jauh-jauh dari konsep merancang rumah murah berbasis lingkungan nan ramah,” ujarnya tenang.

Penulis buku Mimpi Rumah Murah terbitan Trans Media, dan belakangan sangat diminati, itu mengatakan semangatnya selalu membara saat ditantang pertanyaan mengapa ingin membantu merancang rumah murah. “Jawabannya sangat dalam, tertanam di sini,” ucapnya sambil mengarahkan jari telunjuk ke dada.

“Kalau mau digamblangkan, seperti menjawab pertanyaan mengapa saya hidup ke dunia,” Yu Sing melanjutkan, Sabtu lalu. Ia menjelaskan, hidup berarti bila dapat mempertanggungjawabkan semua yang telah Tuhan berikan menjadi manfaat buat banyak orang.

Penampilan arsitek berusia 33 tahun yang bertubuh kurus dan gondrong ini sepintas tak ada yang istimewa. “Memang I’m not special, ha ha! Tapi semoga apa yang saya lakukan bisa memberikan makna penting bagi masyarakat dan lingkungan,” ujarnya sembari tergelak kecil.

Lewat bukunya itu, membantu merancang sejuta rumah murah merupakan jawaban atas kegusaran hatinya. Terutama anggapan masyarakat umum bahwa jasa arsitek hanya dominan dan haknya orang kaya semata.

Menurut dia, orang menengah ke bawah punya hak yang sama. Namun, lantaran label tadi telanjur melekat, utamanya ongkos jasa arsitek nan selangit membuat keder masyarakat menengah ke bawah. Pria yang mengidolakan mendiang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya ini memaknai apa yang dikerjakan Romo Mangun berpengaruh kepadanya. Terutama sebagai pendorong semangat serta tempat belajar kemanusiaan dan desain.

Keputusannya membantu desain rumah murah dengan jasa murah memang bagian dari ilmu yang dipelajarinya. Seharusnya arsitektur dikembangkan untuk kesejahteraan semua masyarakat. Bukan cuma untuk golongan tertentu saja.

Dia juga ingin berbagi pengalaman mengenai rumah tinggal inspiratif berkonsep rumah murah. Artinya, merancang rumah sederhana yang memberikan penjelasan mengenai ruang-ruang hidup yang dapat mempengaruhi cara hidup penghuninya menjadi positif dan inspiratif.

Yu Sing merancangnya menjadi rumah penuh makna, ramah lingkungan, dan hemat energi. Nilainya bisa lebih tinggi dari rumah-rumah mewah yang tidak ramah lingkungan. Cara pandang soal keindahan serta kemewahan perlu lebih luas dan jernih. Rumah dari material bekas, jika didesain dengan baik, akan jauh lebih indah dan wah daripada rumah yang terbuat dari banyak materi impor tanpa desain baik.

Saat ini biaya mendesain rumah konsep Rp 1-2 juta setiap meter persegi. Sistem struktur rumah harus efisien dan hemat sebab biaya struktur bangunan bisa mencapai 40-60 persen dari biaya keseluruhan.

Material finishing juga banyak dikurangi tanpa menggerus kualitas arsitektural ruang. Lalu yang dipakai kebanyakan material sehari-hari lazimnya rumah-rumah rakyat. Harga pembuatannya berkisar Rp 25 sampai Rp 300 juta. Bila kemampuan anggaran membangun kurang dari Rp 25 juta, jasa desainnya gratis. Hingga kini Yu Sing mengerjakan rumah-rumah murah dalam bentuk baru, renovasi atau setengah jadi, serta rumah daur ulang berbahan kayu, bambu, beton, kontainer, fiber, dan lainnya.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini menuturkan, masa kecilnya sederhana dan sering hidup berpindah-pindah kontrakan lantaran orang tuanya tidak punya rumah. Dia pun sering menerima perlakuan rasial karena keturunan Tionghoa.

Untung orang tuanya membekali semangat kerja keras, berhati bijak, dan demokratis. “Justru kondisi itu mendidik saya menjadi orang anti-rasial. Saya memperlakukan semua orang setara tanpa melihat suku, kedudukan, dan pekerjaan. Di mata Tuhan semua orang sama. Tak ada derajat lebih tinggi atau rendah.”

Sejak kecil Yu Sing tidak punya cita-cita istimewa. Dia sangat menikmati hidup serta bertipe orang suka hidup tenang, santai, dan bermalas-malasan. Namun, kini ia tak sempat bermalas-malasan karena kliennya tersebar di Tanah Air, termasuk Papua dan Kalimantan.

Salah satu alasan ia kuliah arsitektur adalah demi menghindari hafalan, dan menyukai tugas menggambar di studio. “Saya sempat stres berat di awal kuliah karena tak cukup berbakat. Setelah ketemu dosen yang dapat membimbing dengan baik, dan karena kuasa Tuhan, saya bisa belajar menikmati dan mencintai dunia arsitektur,” penyuka makanan tradisional ini menambahkan.

Penggemar jalan-jalan bersama keluarga dan menikmati alam ini mengatakan keinginannya, yaitu ke depan lebih banyak arsitek yang membantu mendesain rumah murah. “Saya ingin suatu saat para arsitek memiliki misi idealis yang dekat membantu rakyat menyajikan konsep rumah murah. Secara pribadi saya ingin membantu desain sejuta rumah murah dan jalan-jalan keliling Indonesia,” ujarnya. [ HADRIANI P ]



SAYEMBARA RUMAH RAKYAT 2009
(redefinisi rumah dengan biaya sangat terbatas)

“…good design is for everyone…”

Setiap orang membutuhkan rumah yang baik, aman dan nyaman. Arsitektur rakyat yang berpihak kepada masyarakat berpendapatan rendah, sangat membutuhkan berbagai solusi desain arsitektur untuk menjawab permasalahan rendahnya dana, sempitnya lahan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan jasa arsitek profesional. Sementara rumah-rumah dengan biaya sangat terbatas ini harus dibuat dengan perencanaan yang matang, sehingga tidak melebihi dana yang dimiliki. Lalu rumah-rumah ini pun harus memiliki pemasukan cahaya dan sirkulasi yang baik, sehingga tidak membutuhkan banyak energi listrik, dan menghemat biaya. Rumah-rumah ini juga harus kuat, sehingga tidak butuh banyak perawatan dan tahan lama. Memiliki desain ruang yang apik, sehingga setiap lahan termanfaatkan. Dan mempunyai desain yang cerdas, sehingga penggunaan struktur dan bahan menjadi efektif dan efisien sesuai dengan yang dibutuhkan dan tidak berlebihan sehingga hemat biaya pembangunan.

Kondisi perumahan dan permukiman dewasa ini ditandai dengan bertambahnya jumlah penduduk, terutama di kawasan perkotaan. Masalah perumahan dan permukiman, terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah (MBR), yaitu :

  • Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perumahan
  • Meningkatnya luasan kawasan kumuh
  • Meningkatnya jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah
  • Masih rendahnya efisiensi dalam pembangunan perumahan
  • Masih rendahnya kualitas perumahan rumah

Kepedulian akan arsitektur rakyat yang berpihak pada masyarakat berpendapatan rendah, merupakan salah satu solusi dari berbagai permasalahan kota. Lingkungan binaan yang baik akan mengantarkan masyarakat Indonesia kepada lingkungan sosial dan nilai hidup yang lebih baik.

Studio Habitat Indonesia mengajak rekan-rekan yang memiliki visi dan misi yang sama untuk turut serta dalam proses kegiatan sayembara desain “Rumah Rakyat 2009 – redefinisi rumah dengan biaya sangat terbatas” dalam rangka pembentukan komunitas arsitektur rakyat yang pada akhirnya akan melahirkan masyarakat Indonesia yang memiliki kualitas hidup, pola pikir, dan mental yang baik lewat desain lingkungan binaan yang baik.

Kententuan sayembara :*

  • Peserta adalah individu / team (max. 3 orang) mahasiswa arsitektur dan profesional
  • Biaya pendaftaran: Rp 50.000,- (mahasiswa) dan Rp 100.000,- (profesional) dikirimkan ke No. Rek. 3011409243 a/n Rufina Pragono bank BCA cab. Bendungan Hilir, Jakarta
  • Pendaftaran dilakukan melalui blog studio habitat dengan menyertakan fotokopi/scan identitas diri

Jadwal sayembara :

  • Launching publikasi 1 Juni 2009
  • Pendaftaran selambat-lambatnya 31 Juli 2009
  • Penerimaan desain selambat-lambatnya 20 Agustus 2009
  • Pengumuman pemenang 3 September 2009 melalui blog Studio Habitat dan media partnership

Ketentuan desain :

  • Rumah tinggal dengan dana maksimal Rp 40.000.000,-
  • Dihuni oleh sepasang suami istri dan dua orang anak
  • Memiliki luasan lahan maksimal 90 m2, lokasi lahan ditentukan oleh masing-masing peserta
  • Struktur tahan gempa
  • Desain harus mampu menjadi solusi berbagai permasalahan spesifik pada desain rumah berdana sangat terbatas
  • Desain orisinil dan belum pernah dipublikasikan di media apapun
  • Desain memiliki peluang untuk menjadi rumah tumbuh (rumah yang memang didesain dapat berkembang sesuai kebutuhan penghuni, hal ini dimunculkan agar calon penghuni dan desainer dapat memprioritaskan ruang yang saat ini benar-benar dibutuhkan. Tanpa mengabaikan kemungkinan akan kebutuhan ruang bertambah.)

*Sayembara tertutup bagi anggota aktif Studio Habitat Indonesia, Habitat for Humanity Indonesia, serta karyawan Genesis, APTA, dan Wolfgang Studio Bandung.

Permintaan gambar desain :
(dalam CD soft copy dan hard copy A3 max. 5 lbr)

  • Konsep terutama yang menjelaskan tentang pemilihan layout ruang, material, struktur, dan konteks lokasi
  • Rencana denah, tampak, dan potongan yang memperlihatkan kejelasan dimensi, struktur, dan material
  • Rencana tapak / denah lokasi
  • Rencana anggaran biaya
  • Perspektif eksterior dan interior
  • Teknik penyajian bebas

Penghargaan sayembara :

  • Sertifikat
  • Uang tunai masing-masing pemenang sebesar :
  1. pemenang 1 Rp 1.500.000,-
  2. pemenang 2 Rp 1.000.000,-
  3. pemenang 3 Rp 500.000,-
  • Kesempatan mengerjakan proyek rumah murah bersama Yu Sing dari konsultan arsitektur Genesis, Bandung
  • Dipublikasikan di media terkait
  • Diprioritaskan dalam mengikuti setiap program Studio Habitat Indonesia

Juri sayembara :

  • Oky Kusprianto (Founder Studio Habitat Indonesia, APTA Bandung)
  • Yu Sing (Supervisor Studio Habitat Indonesia, Genesis Bandung)
  • Juri IDEA

Seluruh hasil karya peserta menjadi milik publik (dapat dipergunakan sebebas-bebasnya oleh masyarakat berpenghasilan rendah)

Informasi

Simak informasi terkini mengenai sayembara Rumah Rakyat 2009 di media partnership edisi selanjutnya

Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan menghubungi :

Studio Habitat Indonesia
Tel/Fax : (022) 250 4609
Email : studiohbtt@gmail.com
Website : shabitat.blogspot.com
Forum : studiohabitatindonesia@yahoogroups.com
Address : Jl. Raden Patah no. 12, Bandung

Sayembara Rumah Rakyat 2009
Contact : Rendy Aditya
Tel : (022) 933 63 515
HP : (0812) 2017 339
E-mail : studiohbtt@gmail.com

[ BE FOCUSED dude ] ‘n marikita deploy dan execute!